Abstrak
ABSTRAK
YENNI KARTIKA DEWI. NIM: 0801055143. Deiksis dalam Naskah Drama
Sampek Engtay Karya N. Riantiarno dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia. Skripsi. Jakarta: FKIP Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka, 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan deiksis serta
kemunculannya dalam dialog tiap adegan naskah drama Sampek Engtay karya N. Riantiarno dan implikasinya bagi pembelajaran bahasa Indonesia.
Objek penelitian ini adalah dialog tiap adegan dalam naskah drama
Sampek Engtay karya N. Riantiarno. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, metode kualitatif menggambarkan penggunaan deiksis pada dialog tiap adegan dalam naskah drama Sampek Engtay karya N. Riantiarno dengan teknik analisis isi. Cara pengambilan dialog yang akan dianalisis yaitu peneliti membaca naskah drama yang berjudul Sampek Engtay karya N. Riantiarno secara cermat, teliti, dan kritis, kemudian menentukan adegan yang
akan dianalisis dengan cara dipilih secara urut sebanyak 10 adegan naskah drama.
Hasil analisis ini menunjukkan bahwa dalam 10 adegan naskah drama yang dianalisis terdapat 210 ujaran yang masing-masing ujaran mengandung deiksis.
Ditemukan ujaran yang mengandung deiksis persona pertama tunggal sebanyak89 ujaran, deiksis persona pertama jamak sebanyak 50 ujaran, deiksis persona kedua tunggal sebanyak 47 ujaran, deiksis persona kedua jamak sebanyak 6 ujaran, deiksis persona ketiga tunggal sebanyak 21 ujaran, deiksis persona ketiga jamak sebanyak 4 ujaran, deiksis ruang sebanyak 17 ujaran, dan deiksis waktu sebanyak 25 ujaran. Dengan demikian dari hasil masing-masing deiksis diatas,
yang paling banyak dan sering ditemukan dalam dialog naskah drama adalah deiksis persona pertama tunggal, sebanyak 89 ujaran. Hal ini menunjukkan bahwa deiksis persona pertama tunggal adalah kata ganti yang paling banyak digunakan oleh pembicara atau penutur untuk merujuk dirinya. Bentuk kata ganti aku lebih sering muncul daripada bentuk kata ganti saya. Hal ini dikarenakan kata aku
digunakan untuk menunjukkan status yang lebih tinggi daripada lawan bicara atau minimal setara dengan orang yang diajak bicara serta dalam kondisi yang santai dan akrab.