Abstrak
Semakin maraknya kasus-kasus pelanggaran hukum dan moral dilevel pemimpin negara telah menghadirkan kepiluan dan kekecewaan dalam diri masyarakat Indonesia. Posisi mereka sebagai pemimpin, yang seharusnya menjadi 'pamong' atau pengayom dan pelayan, telah bertransformasi menjadi penindas dan 'serigala' bagi masyarakat.
Kasus-kasus ini sulit dimengerti karena banyak diantara pemimpin-pemimpin itu yang cerdas, yang acapkali berbicara tentang penegakan hukum dan moralitas di berbagai media. Namun kenyataanya, perilaku mereka sama sekali tidak mencerminkan perkataan-perkataannya. kecakapan intelektual mereka tidak dilandasi oleh kualitas karakter, yang mengakibatkan turunnya integritas mereka di mata masyarakat. Dalam psikologi komunikasi, kondisi ini disebut sebagai kesenjangan mengetahui-melaksanakan (knowing-doing gap), yaitu aspek kognitif yang tidak berimbang dengan aspek perilaku. Dalam bahasa masyarakat awam biasa disebut dengan NATO (No Action Talk Only).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis, ternyata masalah ini disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, yaitu rendahnya pemahaman tentang proses pengambilan keputusan yang benar, yang menjadi missing link antara knowing the good dan doing/acting the good. Menurut pakar leadership Hengky S.Chahyadi proses yang seharysnya adalah K.U.D.A yaitu Knowing-Understand-Decide-Action. Kedua, rendahnya pemahaman tehadap tiga moral compass; kompas pertama yaitu nilai spiritualitas yang menggerakkan pikiran dan fisik, kompas kedua yaitu pemahaman akan tujuh modal strategis manusia (the human strategic capitals), dan kompas ketiga yaitu pemahaman terhadap lingkaran pengaruh (the circle of significant impact).
Ketiga, yaitu sistem pendidikan nasional kita yang masih cognitive oriented (otak kiri) dan belum character oriented (otak kanan). Menurut Ratna Megawangi, pelatihan karakter yang baik sangat tepat diberikan sejak kanak-kanak sebagai dasar pembentukan pribadi yang utuh ketika dewasa. Tiga aspek inilah yang harus dipehatikan jika ingin membentuk generasi pemimpin bangsa yang berkualitas.